Pendidikan adalah sebuah tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembang anak. Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman dan kekayaan. Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses menuntun, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.
Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.
Penerapan budaya positif di sekolah contohnya seperti wali kelas membangun silahturahmi dengan orang tua atau wali murid dengan membentuk grup WA untuk informasi mengenai kegiatan siswa-siswanya ataupun untuk mempermudah orang tua atau wali murid menginformasikan anaknya yang sedang sakit ataupun izin tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Selain itu, budaya positif yang dapat dilakukan di dalam kelas, misalnya membuat kesepakatan kelas dengan siswa, kemudian pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas, guru selalu mengingatkan siswanya tetang kesepakatan kelas yang dibuat sebelum memulai pembelajaran.
Foto atau dokumentasi :
Gambar 2 dan gambar 3 menceritakan salah satu orang tua atau wali murid menyampaikan masalah yang dihadapi oleh anaknya saat anaknya di sekolah.
Gambar 8 menceritakan hasil kesepakatan kelas di luar jam pembelajaran yang dibuat oleh siswa kelas XI MIPA 1 dengan saya sebagai guru mata pelajaran kimia.
Refleksi pembentukan kesepakatan kelas di kelas XI MIPA 1 : Sebelum pembentukan kesepakatan kelas, kondisi siswa biasanya suka ribut, pada saat diskusi yang satu ngomong di depan yang lain ikutan ngomong. Nah, setelah terbentuk kesepakatan kelas, siswa menjadi lebih bisa menghargai sesama temannya pada saat diskusi, yaitu pada saat siswa yang presentasi berbicara di depan kelas, yang lainnya menjadi pendengar aktif.