Selasa, 19 April 2022

Tugas Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Hai para pembaca bloger.... Bertemu lagi dengan saya Ni Putu Sri Astitika Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMA Negeri 1 Tanjung Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Terimakasih saya ucapkan kepada pembimbing saya yaitu Fasilitator saya Bapak I Ketut Latri dan Pendamping Praktik saya I Made Sadia. Dalam tulisan saya ini perkenankan saya membahas tentang koneksi antar materi modul 3.1.9 terkait dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam tugas ini terdapat 9 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya dalam tulisan saya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? Sebagaimana kita ketahui bersama Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yakni 



ING NGARSO SUNG TOLODO

ING MDAYO MANGUN KARSO

TUT WURI HANDAYANI

yang pertama ingarso Sung tulodo yang berarti bahwa di depan dapat memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya, rekan sejawat maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu dalam mengambil suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus terlebih dahulu menganalisis dan mempertimbangkan matang-matang karena segala keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid – murid, rekan sejawat dan anggota masyarakat. 

Yang kedua ing Madyo Mangun Karso yang artinya ditengah dapat membangun karsa atau kemampuan atau semangat. Oleh karena itu guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat membangkitkan Karsa semangat dan kemampuan murid-muridnya.

Yang terakhir  Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan kinerja pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya ini berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong kinerja murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan? 

Menurut pendapat saya nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru sangatlah berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang diambilnya dalam suatu pengambilan keputusan. Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang pertama adalah Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa Peduli. Rule-based Thinking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengedepankan intuisi, kejujuran, aturan atau suatu prinsip yang mendalam. End-based Thingking biasanya diambil oleh orang-orang yang mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan kehidupan, masa depan dan kepentingan orang banyak. Sementara itu Care-based Thingking biasa diambil oleh orang-orang yang mengutamakan rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetian dan  empati.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “coaching” (bimbingan)  yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil? 

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih evaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggungjawabkan.

4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik? 

Menurut pendapat saya seorang pendidik yang telah memiliki nilai-nilai guru penggerak yakni mandiri, inovatif kolaboratif, reflektif dan berpihak kepada murid akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak pada murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Akan tetapi jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai seorang guru penggerak atau telah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan seringkali berorientasi pada materi dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, yang tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman? 

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma Dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma Dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. Kita juga harus melihat misi pengambilan keputusan yang paling tepat. Apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan.

Ada 9 langkah-langkah yang dapat dilakukan :

Pertama adalah mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.

Kedua menentukan pihak-pihak yang terlibat 

Ketiga mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail

Keempat melakukan pengujian benar atau salah 

Kelima melakukan pengujian benar melawan benar 

Keenam melakukan prinsip revolusi 

Ketujuh mencoba mencari atau menginvestigasi opsi trilemma 

Kedelapan membuat keputusan 

dan yang terakhir atau kesembilan yaitu melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.

6. Apakah kesulitan-kesulitan dilingkungan anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma dilingkungan anda? 

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan.

7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid – murid kita? 

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid – muridnya? Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat anda tarik dari pembelajaran modul ini dan keterkaitannya dengan modul - modul sebelumnya?

 Untuk menjawab pertanyaan ini saya ingin mengutip kata-kata dari ( Bob Talbert ) “mengajarkan anak menghitung itu baik namun mengajarkan mereka apa yang berharga atau utama adalah yang terbaik” Menurut pendapat saya ini berarti bahwa kewajiban seorang guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan semata yang terpenting adalah bagaimana membantu murid untuk menyadari mengapa suatu pengetahuan itu penting bagi mereka serta bagaimana mereka akan dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan bagi diri dan lingkungannya. Akhirnya peranan pengambilan keputusan oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah sentral keputusan yang selalu berpihak pada murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan di dunia akhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila. Demikian pemaparan saya kali ini semoga bermanfaat untuk kita semua. Kurang lebihnya mohon maaf saya sampaikan. Terima Kasih....

Senin, 04 April 2022

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

Pendidikan adalah sebuah tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembang anak. Setiap anak memiliki  kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman dan kekayaan. Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses menuntun, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.

Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.

Penerapan budaya positif di sekolah contohnya seperti wali kelas membangun silahturahmi dengan orang tua atau wali murid dengan membentuk grup WA untuk informasi mengenai kegiatan siswa-siswanya ataupun untuk mempermudah orang tua atau wali murid menginformasikan anaknya yang sedang sakit ataupun izin tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Selain itu, budaya positif yang dapat dilakukan di dalam kelas, misalnya membuat kesepakatan kelas dengan siswa, kemudian pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas, guru selalu mengingatkan siswanya tetang kesepakatan kelas yang dibuat sebelum memulai pembelajaran. 

Foto atau dokumentasi :


Gambar 1 menceritakan salah satu orang tua atau wali murid menginformasikan ke wali kelas di grup kelas parenting X MIPA 1 kalau anaknya sakit.



Gambar 2 dan gambar 3 menceritakan salah satu orang tua atau wali murid menyampaikan masalah yang dihadapi oleh anaknya saat anaknya di sekolah.


Gambar 4 menceritakan proses pembuatan kesepakatan kelas antara wali kelas dengan kelas X MIPA 1



Gambar 5 dan Gambar 6 menceritakan proses pemasangan kesepakatan kelas XI MIPA 1 di dinding kelas XI MIPA 1

Gambar 7 menceritakan Hasil Kesepakatan Kelas XI MIPA 1 



Gambar 8 menceritakan hasil kesepakatan kelas di luar jam pembelajaran yang dibuat oleh siswa kelas XI MIPA 1 dengan saya sebagai guru mata pelajaran kimia.

Refleksi pembentukan kesepakatan kelas di kelas XI MIPA 1 : Sebelum pembentukan kesepakatan kelas, kondisi siswa biasanya suka ribut, pada saat diskusi yang satu ngomong di depan yang lain ikutan ngomong. Nah, setelah terbentuk kesepakatan kelas, siswa menjadi lebih bisa menghargai sesama temannya pada saat diskusi, yaitu pada saat siswa yang presentasi berbicara di depan kelas, yang lainnya menjadi pendengar aktif.